Biodiesel: Solusi Masa Depan atau Cuma Angan?

Biodiesel semakin sering disebut sebagai solusi mendatang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Tapi, benarkah bahan bakar dari minyak nabati ini siap menggantikan solar sepenuhnya? Mari kita diskusikan.

🔍 Apa Itu Biodiesel?

Biodiesel digadang-gadang menjadi energi alternatif pengganti solar. Angin segar bagi para pecinta lingkungan untuk melestarikan lingkungan. Lantaran bahan bakunya yang mampu diperbarui, tidak seperti solar yang berasal dari minyak bumi. Tapi, seberapa kuat biodiesel mampu menggantikan solar?

Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Secara kimiawi, biodiesel merupakan campuran monoalkil ester dari rantai panjang asam lemak. Jadi, wajar saja jika biodiesel seringkali disebut metil ester (campuran metanol dengan asam lemak) atau etil ester (campuran etanol dengan asam lemak). 

🌱 Apa Keunggulan Biodiesel Dibanding Solar?

Sebagai pengganti solar, tentunya biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan solar. Namun, biodiesel memiliki beberapa keunggulan menonjol dibandingkan solar, yaitu:

✅ Biodiesel lebih ramah lingkungan lantaran emisi gas buang (CO, HC, NOx) lebih rendah
✅ Lebih mudah terurai di alam (biodegradable)
✅ Tidak beracun
✅ Memiliki angka setana yang tinggi (pembakaran lebih baik)
✅ Terbuat dari bahan baku yang dapat diperbarui

⚗️ Bagaimana Biodisel Diproduksi?

Biodiesel umumnya diproduksi melalui proses esterifikasi yang dilanjutkan transesterifikasi atau bisa juga langsung pada transesterifikasi, bergantung pada keasaman bahan baku yang digunakan. Biasanya bahan baku dengan asam lemak bebas yang tinggi perlu menggunakan metode esterifikasi, untuk memanfaatkan asam lemak bebas menjadi biodiesel. Bedanya dimana?

1. Transesterifikasi

Sederhananya, keduanya sama, yaitu sama-sama mencampurkan alkohol sebagai reagen dalam mereaksikan minyak nabati atau lemak hewani (kita selanjutnya berbicara minyak, untuk mempersingkat). Tingkat kejenuhan dan ikatan rangkap dalam struktur minyak, yang dipicu adanya berbagai faktor mampu menyebabkan terjadinya oksidasi. Hal ini mampu membuat minyak menghasilkan asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini tidak diinginkan dalam pembuatan minyak, contohnya minyak goreng. Demikian pula pada biodiesel. Maka dari itu, teramat penting menganalisis kadar asam lemak bebas minyak sebelum memproduksi biodiesel. Mengapa?

Transesterifikasi terbilang menjadi metode yang paling efisien dalam memproduksi biodiesel, lantaran prosesnya yang terbilang mudah dan singkat.  Metode ini akan mereaksikan Trigiliserida yang terdapat dalam  minyak dengan alkohol dengan katalis basa kuat. Akan tetapi, adanya asam lemak bebas yang tinggi atau Free Fatty Acid (FFA), setidaknya 2% mampu merusak hasil dari transesterifikasi. Misalkan, asam lemak bebas masih ada dan kita nekat untuk melakukan metode ini, kemungkinan yang kita dapat adalah reaksi saponifikasi. Sederhananya kita akan memperoleh sabun lantaran katalis basa alih alih mempercepat laju reaksi malah ikut bereaksi dengan FFA. Analoginya, jika kadar FFA tinggi, lalu dipaksa transesterifikasi, hasilnya bisa bisa mencampurkan sabun dengan bahan bakar, malah jadi sabun beneran :)

2. Esterifikasi

Alih-alih memisahkan atau membuang FFA, lebih baik dimanfaatkan untuk membuat biodiesel juga. Metode ini dikenal dengan esterifikasi. Esterifikasi menggunakan asam lemak bebas sebagai bahan bakunya (bukan Trigliserida ya) dengan reagen alkohol (misal metanol) dan bantuan katalis asam kuat. Adanya asam kuat ini, misalkan HCl (Hidrogen Klorida) atau H2SO4 (Hidrogen Sulfat) akan mempercepat reaksi ini. Tidak jadi sabun? tentu tidak karena asam lemak bebas tidak akan bereaksi dengan asam kuat. Hasil akhirnya adalah metil ester (biodiesel) yang masih terdapat trigliserida didalamnya.Trigliserida yang ada dalam minyak tidak ikut bereaksi pada metode esterifikasi sehingga sekarang bisa dilakukan transesterifikasi. 

Lalu prosesnya selesai? Belum.

🧼 Pemurnian Biodiesel

Setelah produksi awal, hasil biodiesel masih kotor alias terdapat banyak impurities atau pengotor di dalamnya. Hasil produksi itu disebut crude Biodiesel. Maka, perlu dipastikan dengan memurnikan biodisel dari kandungan seperti: 

  • Katalis yang tersisa
  • Alkohol yang belum bereaksi
  • Gliserol (produk samping)
  • Air

kita perlu memisahkan biodiesel dengan katalis, reagen yang tersisa, gliserol sebagai hasil samping reaksi, katalis, dan semua yang bukan biodiesel intinya. Singkatnya tahap selanjutnya adalah tahap pemurnian, diperlukan adanya evaporasi untuk benar benar memisahkan reagen yang masih tersisa. Tahapannya meliputi: 

  • Evaporasi untuk menghilangkan alkohol berlebih yang tidak ikut bereaksi
  • Pencucian menggunakan wet washing (pencucian basah) atau wet washing (pencucian kering)
  • Pengeringan jika menggunakan wet washing

Melihat proses yang cukup mudah, mengapa sampai sekarang belum digunakan bahan bakar ini? 

⚠️ Tantangan Biodiesel: Kenapa Belum 100% Menggantikan Solar?

Sebetulnya, sudah digunakan. Namun, hanya B20 hingga B30 sejauh yang diketahui, dengan proporsi 30% biodiesel dan 70% solar. Terdapat kendala dalam penyeseuaian biodiesel sebagai bahan bakar, di antaranya: 

  • Kandungan asam biodiesel mampu menyebabkan korosi pada mesin
  • Sifat higroskopis (mudah menyerap air) dapat memicu reaksi hidrolisis dan menurunkan kualitas biodiesel
  • Produksi biodiesel menggunakan alkohol dalam jumlah besar yang juga berdampak terhadap lingkungan bila tidak dikelola dengan baik
📏 Standar Biodiesel: SNI 7182:2015

Sebagai acuan mutu, Indonesia punya standar nasional untuk biodiesel yaitu SNI 7182:2015, yang mengatur spesifikasi teknis biodiesel yang layak digunakan. (Akan dibahas lebih lengkap di artikel selanjutnya.

Lalu, Apakah Biodiesel Bisa Gantikan Solar?

Tentu, bisa biodiesel menggantikan seolar, tetapi belum sepenuhnya. Meskipun biodiesel punya potensi yang besar untuk menggantikan solar, nyatanya masih banyak tantangan yang harus diatasi, mulai dari efisiensi produksi hingga dampaknya terhadap mesin. Namun, dengan adanya inovasi dan kebijakan yang tepat, tidak menutup kemungkinan biodiesel mampu menjadi bahan bakar utama di masa depan. 

🤔 Catatan Akhir

Produksi biodiesel menggunakan alkohol dalam jumlah besar. Jika tidak dikelola dengan baik, bahan ini bisa berdampak buruk bagi lingkungan. Maka dari itu, pengembangan biodiesel yang berkelanjutan dan bertanggung jawab menjadi kunci.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama