Perbincangan mengenai biodiesel semakin menarik untuk dipelajari. Menanggapi krisis energi solar menuju energi baru terbarukan, seperti biodiesel, produksi biodiesel semakin masif dan menciptakan berbagai inovasi untuk perkembangan energi yang lebih berkualitas.
Dalam kasus ini, transesterifikasi merupakan reaksi kimia antara trigliserida dengan alkohol.
Trigliserida, apa itu?
Trigliserida merupakan penyusun utama minyak/lemak. Trigliserida terbentuk melalui ikatan ester antara 1 gliserol dan 3 asam lemak. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
C₃H₅(OH)₃ (Gliserol) + 3 R-COOH (Asam Lemak) → C₃H₅(O-CO-R)₃ (Trigliserida) + 3 H₂O
Ikatan ester merupakan ikatan yang stabil. Akan tetapi, transesterifikasi dengan alkohol akan memutus ikatan asam lemak dan gliserol dalam trigliserida, sehingga menyisakan gliserol. Ditambah lagi, apabila diberikan perlakuan penambahan katalis asam/basa kuat, akan terjadi hidrolisis yang memecah ikatan ester.
Dimisalkan kita ingin menggunakan metanol sebagai reagen dalam pembuatan biodiesel, maka kita menamai hasil reaksinya adalah metil ester. Demikian juga bila etanol, maka etil ester. Mengapa demikian?
Bila kita melihat persamaan berikut pembuatan biodiesel menggunakan reagen metanol:
C₅₅H₉₈O₆ (Trigliserida) + 3 CH₃OH (Metanol) → 3 C₁₈H₃₄O₂ (Biodiesel) + C₃H₈O₃ (Gliserol)
Terlihat bahwa metanol akan memutus ikatan ester dalam trigliserida. Alhasil, reaksi yang diperoleh adalah metil ester dengan hasil samping gliserol. Metanol akan berikatan dengan asam lemak dan menyisakan gliserol yang tadinya berikatan dengan asam lemak itu.
Penggunaan Katalis
Proses transesterifikasi untuk produksi biodiesel umumnya menggunakan katalis basa (seperti NaOH atau KOH) daripada asam (seperti H₂SO₄). Mengapa demikian?
1. Kecepatan Reaksi Lebih Tinggi
Katalis basa (NaOH/KOH) mempercepat reaksi 10–15 kali lebih cepat dibanding katalis asam.
Contoh:✅ Dengan basa: Reaksi selesai dalam 30–60 menit (suhu 60–70°C).
✅ Dengan asam: Butuh beberapa jam (suhu >100°C).
2. Yield Biodiesel Lebih Tinggi
- Katalis basa menghasilkan konversi 90–98% trigliserida menjadi biodiesel.
- Katalis asam hanya mencapai 80–90% dan cenderung menghasilkan lebih banyak produk samping.
3. Tidak Membentuk Sabun (Jika Bahan Baku Rendah FFA)
- Katalis basa bereaksi dengan asam lemak bebas (FFA) membentuk sabun (emulsi), yang menyulitkan pemisahan biodiesel-gliserol.
- Syarat: Kadar FFA dalam minyak harus <2%. Jika FFA tinggi, perlu esterifikasi asam dulu sebelum transesterifikasi basa.
4. Biaya Lebih Murah
- NaOH/KOH harganya lebih ekonomis dibanding katalis asam atau enzim.
- Prosesnya tidak memerlukan peralatan tahan korosi (asam sulfat bersifat korosif).
5. Produk Samping Gliserol Murni
Gliserol hasil transesterifikasi basa lebih mudah dimurnikan dan bernilai ekonomi tinggi (untuk kosmetik/farmasi).
Mekanisme Katalis
Lalu, apa yang terjadi dalam proses produksi biodiesel bilamana menggunakan katalis dalam produksinya. Misalnya digunakan katalis basa, maka akan terdapat persamaan berikut:
Misalkan menggunakan NaOH sebagai katalis. NaOH akan bereaksi dengan alkohol. Di sini katalis tidak akan bereaksi dengan trigliserida secara langsung, melainkan akan menggunakan metokosida (CH₃O⁻Na⁺ ). Reaksi ini disebut dengan alkoksida.
Metoksida hasil reaksi tersebut akan membantu menyerang trigliserida dengan tujuan memutuskan ikatan ester dan membentuk metil ester. Proses ini disebut juga Nukleofilik.
Maka reaksi setelah menggunakan katalis dalam proses transesterfikasi adalah sebagai berikut:
Trigliserida + CH₃O⁻ → Metil Ester (Biodiesel) + Gliserolat
sebagai perbandingan, berikut merupakan tabel untuk membandingkan katalis basa dengan katalis asam:
Parameter | Katalis Basa (NaOH/KOH) | Katalis Asam (H₂SO₄) |
---|---|---|
Kecepatan | Cepat (30–60 menit) | Lambat (2–4 jam) |
Suhu | 60–70°C | >100°C |
Yield | 90–98% | 80–90% |
Biaya | Murah | Butuh peralatan tahan asam |
Sensitif FFA | Sabun terbentuk jika FFA >2% | Tidak terpengaruh FFA |
Kelebihan dan Kekurangan Transesterifikasi
Sebagai metode yang umum digunakan transesterifikasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan di antaranya:
Aspek |
Kelebihan |
Kekurangan |
Kecepatan Reaksi |
✅ Cepat
(30–60 menit) dengan katalis basa (NaOH/KOH). |
❌ Lambat
jika menggunakan katalis asam (butuh 2–4 jam). |
Yield Biodiesel |
✅ Tinggi
(90–98%) untuk minyak rendah FFA. |
❌ Yield
turun drastis jika FFA >2% (terbentuk sabun). |
Biaya Produksi |
✅ Murah
(katalis basa ekonomis, suhu reaksi rendah). |
❌ Butuh
alkohol berlebih (rasio 1:6 minyak:metanol) dan energi pemanasan. |
Kebutuhan Bahan Baku |
✅
Efisien untuk minyak murni (contoh: minyak sawit rendah FFA). |
❌ Tidak
cocok untuk minyak jelantah/FFA tinggi tanpa pra-perlakuan esterifikasi. |
Produk Samping |
✅
Gliserol bisa dimurnikan dan dijual ke industri farmasi/kosmetik. |
❌ Gliserol
kotor mengandung sabun, metanol, dan katalis (butuh pemurnian mahal). |
Lingkungan |
✅ Tidak
menghasilkan senyawa beracun selama reaksi. |
❌ Limbah
katalis basa bersifat korosif dan mencemari air jika tidak diolah. |
Kemudahan Pemisahan |
✅
Biodiesel dan gliserol mudah dipisahkan jika tidak ada sabun. |
❌ Sabun
membentuk emulsi yang menyulitkan pemisahan. |
Fleksibilitas Bahan |
✅ Dapat
menggunakan berbagai minyak nabati (kedelai, sawit, dll.). |
❌ Lemak
jenuh tinggi (seperti minyak kelapa) menghasilkan biodiesel dengan titik
kabut tinggi. |
Kekurangan utama transesterifikasi basa adalah ketidakcocokan dengan FFA tinggi. Solusinya:
Gunakan proses dua tahap (esterifikasi asam → transesterifikasi basa) untuk minyak jelantah.- Inovasi terkini untuk mengurangi kelemahan:
* Katalis heterogen (contoh: CaO, MgO) yang bisa didaur ulang.
* Metode non-katalitik (superkritis) dengan metanol bertekanan tinggi.
Posting Komentar