Kebanyakan orang lebih mementingkan hasil ketimbang proses yang dilalui. Dulu saya pernah berpikiran demikian, walau hanya sesekali, itu mengartikan bahwa saya pernah melakukan hal curang dalam hidup.
Awal mula masuk kuliah saya memiliki kehidupan normal, menjadi seseorang dengan kerja keras seperti biasa. Saya pikir, ini tidak ada bedanya dengan SMA. Sebagai imbalan atas keangkuhan yang saya miliki, saya bisa jadi mendapatkan surprise di langkah mendatang.
Benar saja, pada semester selanjutnya, perjalanan makin terjal, diiringi juga teman-teman mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada saya. Lololo, kok nilai saya masih standar, malah ada penurunan. Meski tidak begitu tajam penurunannya, saya harus mengimbangi mereka supaya mendapatkan nilai yang lebih baik lagi.
Saya bekerja dengan keras. Saya tidak mementingkan proses yang saya lalui. Refleksi atas apa yang telah dilakukan tidaklah sering. Pada akhirnya, nilai saya benar-benar jatuh. Bumm, penyesalan bukan main. Drastis Boy turunnya.
Pada seketika, saya mencoba untuk melakukan hal curang, dengan mengesampingkan kemampuan saya. Saya meminta bantuan dari yang lain saat ujian.
Namun, saya sadar bahwa perbuatan itu nampaknya tidaklah benar. Jika saya melakukan itu lagi, sama saja saya membohongi diri saya sendiri. Ujung-ujungnya, saya melakukan setiap pekerjaan, seperti ujian dan quis berdasarkan kemampuan yang saya miliki sendiri.
Semakin hari saya semakin menyadari adanya kegagalan yang terus menerus terjadi dalam hidup saya. Di satu sisi, proses yang telah dijalani mulai direfleksikan dan dievalusi. Alhasil, setiap pekerjaan memiliki makna dengan daya ingat yang cukup memumpuni dibandingkan sebelumnya.
Sebuah kata andalan yang mengatasnamakan "Yang Penting Nilai Aman" telah hilang bagi saya. Bagiku, nilai tidaklah penting, asal sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Dan jika saya mendapatkan nila bagus, akan saya katakan bahwa "Dosen saya lagi ngantuk saat nginput nilai".
Posting Komentar